Padang Sidempuan, 20 Mei 2010 09:42

Intermezo, Dahulu setiap kugoreskan pena maupun setiap memainkan jari jemari di keyboard dalam rangka mengenang sejarah hidup atau menulis surat, slalu menulis: ”Jakarta, … … …” kini berubah menjadi Padang Sidempuan, … … … ” – sungguh tidak terasa
Tepat tanggal 17 Februari 2010 kurang lebih pukul 11.00 janji suci itu pun terucap dengan manis, merasuk ke dalam dada dan takkan terlupa dalam ingatanku (insya Allah), saat yang haram menjadi halal, saat seakan merasa terpenuhi cita-cita dan harapan akan imam yang kudamba, saat ucapan dan perbuatan penuh lembut dan kasih antara lain jenis berbuah pahala…-sungguh indah pernikahan itu wahai pemuda pemudi..
Mana mungkin setelah semua yang kurasa ini membuatku sanggup tuk hidup berpisah antara pulau dengan tercinta (red:suami) maka memang sudah komitmenku tuk berusaha menemani tercinta kemanapun, dimanapun ia ditempatkan kerja, termasuk ke kota kecil nan indah ini, Padang Sidempuan, Sumatera Utara..
Awal kali mendengar kata itu, tak tahulah aku dimana tepatnya kota itu berada, kukira berada di Sumatera Barat (karena ada kata Padang-nya), ternyata merupakan bagian kota dari Sumatera Utara tepatnya di tengah-tengah antara Medan dan Padang.
Dengan segala persiapan, tepat tanggal 2 Maret 2010 silam akhirnya aku beranjak melangkahkan kaki menuju seberang pulau, pulau sumatera yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya, daerah terjauh hingga kini yang kutapaki. Dengan pesawat mengudara membawa kami akan mendalami Maha Karya Yang Kuasa,,Subhanallah…meski ini kedua kalinya ku melintasi awan (bersama pesawat tentunya karena burung tak kuat menopang) kali ini perjalan begituuuuu mempesona..cobalah kau tengok puncak anak gunung krakatau itu…selat yang membentang, dan oh layaknya kau melihat miniatur pulau sumatera seperti di peta..Masyaa Allah..kereeeeen !!!! meskipun dalam dada bercampur rasa was was khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan (aku kan baru merasakan indahnya nikah..kalbuku ^^)
Sore hari sampailah kami di Bandara Minangkabau Padang, alamak lanca bana indah bener padang ni…setelah menikmati sesaat hawa padang, kami langsung dijemput dengan travel yang akan mengantar kami ke kota Padang Sidempuan dengan waktu tempuh kira-kira 12 jam (i wow, perjalanan darat terlama versiku hingga skrg).Sayangnya karena perjalanan pada malam hari aku tak bisa tengok pemandangan kota Padang sepanjang jalan. Hingga sampailah kami sekitar jam 8 pagi di Kota Sidempuan.
Jrenggg!!! Kutapaki langkah pertamaku menuruni mobil menginjak tanah Padang Sidempuan ini, didepanku terhampar rumah yang akan kami tempati, tempat dimana kami akan saling berbagi suka dan duka, tempat dimana aku akan menjalani kewajibanku sebagai istri, tempat kami berlindung dengan penuh kasih sayang (insya Allah).Yah inilah awal babak baru dalam menjalani kehidupanku sebagai pendamping tercinta dalam segala hal.
Kini telah banyak hal yang kuperoleh dari kehidupan di kota ini.
–Pusat Perbelanjaan
Kata amangboru(bahasa batak:artinya suami…hayoo yang tahu bahasa batak, benar ka arti istilah ni..) kota Sidempuan ini adalah pusat perniagaan, jadi disini ada 3 pasar dengan bangunan masing-masing yang berderet dengan jarak sekitar 300M antara satu dengan yang lainnya..Wah jadi semangat belanja sayuran disini, yah meskipun ada beberapa sayuran yang biasa kubeli di jakarta susah didapati di sini, tapi Alhamdulillah.. (karena beberapa harganya lebih murah disini ^^, bayangkan, pernah kebeli alpukat, kecil-kecil sih, dengan harga rp.1000 sebanyak 3 biji, masih dalam keadaan bagus..).

Salah satu pasar di kota ini, yaitu Pasar Sangkumpal Bonang atau yang berarti Sekumpulan Benang, pada lantai atasnya lebih banyak menawarkan pakaian dan menurut beberapa informan (taelah..), pakaian di pasar ini berasal dari pasar grosiran di Bukit Tinggi, SumBar. Kondisi ini mengingatkanku akan pusat grosir pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta (ups, maksud hati bukan promosi). Pasar selanjutnya bernama Ujok Kodok. Nah di pasar ini lebih banyak dijual sayur mayur, ikan-ikanan dan macam-macam dengan harga (menurutku) yang lebih murah dibanding di pasar lainnya. Ada juga pasar lainnya bernama Pajak Batu, kata suami (lagi) Pajak itu bahasa batak yang memiliki arti bahasa yaitu pasar jadi Pajak Batu artinya Pasar Batu (hmm, begitu mungkin). Di tempat inilah ada langganan ayam potong yang biasa ku beli dan daging sapi. Katanya klo mau beli ayam, lebih bagus ayam potong karena lebih fresh dan kita bisa memilih dan mengetahui ayam yang akan kita makan ketika masih hidupnya, dan it’s true fren!! Dan eh ternyata ada lagi pasar Inpres namun ia lebih jauh dari tempat tinggalku. Dari kesemuanya, Pasar Sangkumpal Bongang lah yang terbesar dan pasar Ujok Kodok lah yang sering kukunjungi.
Tak hanya pasar, di kota ini pun juga terdapat swalayan dan plaza atau mall. Ada beberapa swalayan yang tersebar di pusat kota namun swalayan yang terbesar dan paling kami sering kunjungi adalah swalayan Rahmat Syariah. Di swalayan ini tak hanya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari namun juga menjual buku-buku bacaan. Ada juga mall di kota ini, namanya Plaza Anugrah Sidempuan Di dalam plaza ini haaampiiiir sebagian besar berjualan pakaian seperti halnya di Pasar Sangkumpal Bonang dan terletak bersebelahan dengan pasar tersebut. Para penjual di plaza ini adalah orang pribumi, suatu unsur kesengajaan agar tidak mematikan usaha orang pribumi. Jadi para penjual non pribumi sebagian besar membuka usaha di luar dari sebagian pasar dan plaza di kota ini.Selain itu adapula mall Sidempuan City Walk yang didalam terdapat resto KFC, Timezone, Swalayan Rahmat Syariah dan lain-lain yang notabene sebagian besar masih terdiri dari kios-kios yang belum terisi (mungkin karena memang baru dibangun dan sebagian dalam tahap penyelesaian).


– Transportasi
Adakah yang masih ingat dengan suara motor vespa? Atau adakah yang masih melihat motor vespa di Jakarta?Sudah menjadi hal langka bukan??? Tapi lain halnya disini, sering aku mendengar suara vespa dan melihat motor vespa berseliweran di kota ini, terlebih rumah kami tepat di pinggir jalan raya. BENTOR alias BECAK MOTOR lah kendaraan andalan dan tangguh di kota ini..kendaraan ini terbagi menjadi 2 bagian, yang pertama motornya itu sendiri yaitu vespa dan tempat duduk untuk para penumpang (max cukup untuk 2 orang dewasa) dengan suara kendaraannya yang aduhai bisingnya..cukup nyentrik ^^ . Jangan coba-coba berbicara di HP ketika menaiki kendaraan ini, bukan karena takut sinyalnya menghambat (seperti pesawat) tapi karena aseli ga kedengaran tuh klo berbicara via HP, karena bisiiiing sekali tapi tetep enjoooyy menikmatinya, apalagi biasanya tiap bentor ada kaca di dalamnya, jadi bisa bercermin deh…(hehe tetep narsis di dalam bentor).

Kota Sidempuan ini terletak di pertengahan antara kota Medan dan kota Padang, jadi apabila kita hendak pergi ke kota tersebut perlu transportasi antar kota. Biasanya kita mengenal travel tuk keperluan tersebut, tapi disini namanya berbeda, TAXI. Eits tapi bukan taxi seperti yang di Jakarta. Taxi disini merupakan bus travel dengan jenis bus L300 (klo aku nyebutnya L telungatus {bahasa jawa}).Kendaraan ini biasanya melayani antar jemput, menjemput kita dari rumah dan mengantar kita sampai ke tempat tujuan, cukup enak. Adapula bus-bus besar antar kota, seperti ALS dan Sampagul, tapi hingga saat ini aku belum pernah menaiki ketiga bus tersebut. Mungkin ketika aku akan pergi ke Jakarta baru akan menaikinya, makanya rindu menaiki L300.
–Bahasa
Sebelum aku berangkat ke Sidempuan, banyak yang mengatakan tuk hati-hati klo di Sumut, klo ngomong biasa aja dah kayak marah-marah, jadi jangan kaget atawa tersinggung.. aku masih membawa image ini, namun hal ini terpatahkan ketika aku telah berada disini.. wah..ternyata jauh dari apa yang telah dikatakan justru disini bahasanya seperti bahasa melayu hampir mirip seperti bahasanya si Upin Ipin itu loh, betul betul betul… jadi tenang, senang, riang ^^ Kata suami bahasa batak disini batak angkola yang memang tidak seperti bahasa batak yang bernada keras, Alhamdulillah…
Diriku belum tahu banyak bahasa batak disini..bayangkan ketika awal ke pasar aku sudah diajak ngomong bahasa batak ..alamaaak mana ngerti lah awak nih,,aku hanya terbengong hingga akhirnya ku bilang bahwa aku orang jawa… tapi ketika aku menemukan ada penjual yang berbahasa jawa aku jadi beberapa kali belanja disana (hehehe bukan rasis sih…) tapi lama-lama sudah terbiasa dengan bahasa batak disini.. hampir setiap orang daerah sini yang baru mengenalku menanyakan :1.nama? 2. boru? 3. amangboru? Dalam hatiku,,whatsss,,apaan tuh…sangat terlihat aku bingung namun mereka langsung mengerti bahwa sepertinya aku bukan orang pulau ini tapi dari jawa. Oya menurut orang sumatera, klo orang sunda, jawa, madura, Jakarta semua dibilang mereka orang jawa.
Sekarang sih dah bisa lah sdikit sdikit bahasa batak, macam kayak : o..lo (intonasinnya sedikit mendayu nih), bagas, sangoni juo, namboru, amangboru, bege, maradongkon, hadomuan, dongan, de el el (dikit dikit)
Seperti contoh kalimat anak kecil disini klo ngomong:
”Buat nya….(maksudnya buatin); jangan ditarik bajunya, nanti koyak (robek); kau membuatku terjatuh.. ”(sayang tak bisa kuperagakan dengan intonasinya,,pokoknya enak gitu lah,, kayak orang melayu…
Klo anak kecil ajak main petak umpet, mereka bilangnya main roda rodi (hehehe, seperti mengajak bermain sepeda), dan maasih banyak lagi pembicaraan anak kecil disini yang menurutku enak terdengar
Tapi over all, jika kita berbicara dengan logat nasional (logat jakarta) rata-rata orang sini mengerti bahwa kita bukan asli dari sini sehingga mereka pun menyambut dengan bahasa nasional (meskipun berlogat batak/melayu disini)..pokoke kayak serasa berbahasa gaul disini klo pake bahasa jakarta ^^ (hehehe..)
–Makanan
Hampir sebagian besar rekreasiku dengan suami disini adalah Jalan-Jalan Kuliner..hmmm sedapnya… (pecinta makan 😀 .. Yang unik kutemukan disini adalah pada saat suasana malamnya.Disepanjang pasar banyaaaak sekali kita bisa menemukan jajanan seperti warteg yang terhampar, menurutku mirip seperti warung-warung nasi lesehan di daerah Jogja namun disini disediakan bangku. Warga sidempuan menyebutnya bukanlah warteg tetapi Nasi Rakyat. Kenapa disebut demikian?? Kata suami si karena harganya ga mahal, merakyat..se porsi isi nasi, lauk, dan sayuran harganya Rp.6000,-.. waw….ga kalah dengan promo ”goceng”nya restoran cepat saji..justru ini lebiiihhh mengenyangkan..Namun bila kita memilih lauk pauk yang berbahan dasar mahal maka jadi lebih mahal juga seporsinya.
Disini pun, para pendatang dari luar sumatera tetap bisa dimanjakan lidahnya dengan jajanan Bakso meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun ada yang berbeda menurutku antara cita rasa kuah bakso disini dengan di Jakarta, tapi akhirnya ku menemukan warung bakso yang cita rasanya mengingatkanku dengan warung bakso favorit di tempat tinggalku di Jakarta, waaahhhh jadi tempat bakso favorit kami jadinya nih…
Oiya, disini pada pagi harinya banyak yang menjuang lontong, dengan sajian yang berbeda dengan lontong Betawi tapi tetap mengenakkan apalagi dah menemuukan lontong yang enaaak disini…hmm yummy!!!Dan ga kalah serunya bubur ayam Bandung yang hampir selalu tiap minggu/sabtu kami pantengi,hmm maknyuss… (lumayan bgt buat isi perut sebelum masakan selesai,hehe)
Ada tempat makan ayam penyet, ikan bakar, misop dan ternyata ada kerang jugaaaa, besar-besar dan fresh lagi..uuuuu mau mau mau… intinya, cukup bisa mengobati sebagian kerinduan kami akan makanan-makanan di Jakarta lah..
Banyak makanan-makanan yang masih kami rindukan dan berazzam akan kami makan nanti klo ke jakarta (insya Allah,,amin amin amin..Makaaaaaan muluuuuu)
Dan jangan lupa, oleh-oleh khas yang terkenal di kota ini adalah Salak Sidempuan, berbeda dengan salak pondoh, salak ini rasanya ada manisnya, sepetnya, asemnya..3rasa dalam 1buah, tri in wan, lebih komplit.Ada juga nih makanan olahan dari salak yang lebih praktis klo dibawa, seperti kurma salak, dodol salak&kripik salak yang tak kalah enaknya.
–Lingkungan&Kebersihan
Alhamdulillah kami merasa sangat aman, nyaman dan senang dengan lingkungan tempat tinggal kami, kebetulan di lingkungan kami juga banyak pendatang dari luar Sumatera dan para tetangga di sini sangat welcome&ramah-ramah. Selalu ku ingat pesan mertuaku, ”baik-baik di pulau orang, klo kita berlaku baik terhadap tetangga pasti juga tetangga akan berlaku baik kepada kita. Anggap saja tetangga itu sebagai saudara kalian”..dan pesan itu ternyata sangat manjur, alhamdulillah kami menuai hasillnya.Di komplek rumah kami digelar pengajian mingguan yang dihadiri ibu-ibu para warga komplek sini. Dan katanya, ya acara pengajian itulah sebagai wadah kami (para tetangga) tuk bersosialisasi karna masing-masing pada sibuk dengan urusannya pada hari-hari biasa.
Hal lain yang kami suka di kota ini adalah komitmen dalam menjaga kebersihan, sangaaaaat berbeda dengan di kota terpadat kita. Disini, setiap hari selalu ada bus dinas kebersihan yang berkeliling mengangkut sampah-sampah dari tiap rumah di kota ini, sungai-sungai pun tak dimeriahi dengan sampah-sampah,bersih.. Untuk menghargai kebersihan disini kami membayar iuran sebesar rp.3000/bln, bayangkan dengan iuran yang tak mahal setiap hari sampah kita terangkut dibuang ke tempat yang semestinya, insya Allah..
Itulah kota tempat tinggal kami… tempat yang tak pernah terbayang sebelumnya namun kami menyayanginya.. suatu saat kelak apabila kami tak bertempat tinggal disini lagi, mungkin kami akan sangaaaaat mengenangnya sebagai kota awal kehidupan bahtera kami..
Love you my husband, We like Padang Sidempuan and We miss you Jakarta…
Padang Sidempuan, 31 Mei 2010 –the end